Pengunjung

free counters

Admin

Lomba Blog PNF 2010

Aktifitas Bermain Stimulasi Tumbuh Kembang Anak

AKTIVITAS BERMAIN STIMULASI
TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI

Oleh : Akram Risa
Kabid Pendidikan Luar Sekolah Dinas Pendidikan Kota Palopo

Kemajuan pendidikan di masa depan sangat ditentukan oleh kualitas penanganan pendidikan anak usia dini saat ini. Kalau ingin mengubah wajah pendidikan Indonesia ke depan yang harus ditangani dan diterapi terlebih dahulu adalah layanan pendidikan bagi anak usia dini karena merupakan basis dan cerminan pendidikan yang pertama dan utama untuk menggapai insan cerdas komprehensif dan kompetitif dikemudian hari.
Anak usia dini merupakan kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang unik. Anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan daya pikir, daya cipta, bahasa, dan komunikasi yang holistik dengan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Membekali anak dengan pendidikan yang cukup memadai sesuai dengan tumbuh
kembang anak dimulai sejak usia dini. Pendidikan harus mengiringi perjalanan pendidikan anak usia dini sesuai dengan karakter dan kebutuhannya yang menekankan metodologi bermain dalam pengelolaan pembelajaran efektif berdasarkan usia dan aspek perkembangan fisik, intelektual, seni, dan emosional.
           Setiap anak usia dini memiliki ciri perkembangan berdasarkan usia. Pencapaian tahap perkembangan aspek fisik pada anak usia dua tahun berbeda dengan perkembanga fisik anak usia tiga tahun. Anak pada tahun pertama kelahirannya pertumbuhan fisiknya berlangsung secara cepat. Sampai dengan umur satu tahun anak-anak yang sehat dan cukup mendapatkan gizi mengalami pertumbuhan panjang badan 50% dan berat badan hampir 200%. Pendidikan yang diberikan pada fase pertumbuhan anak, identik dengan bermain.
Menurut Montessori, ada beberapa tahap perkembangan anak usia dini sebagai berikut : a) sejak lahir sampai usia 3 tahun, anak memiliki kepekaan sensoris dan daya pikir yang sudah mulai menyerap pengalaman-pengalaman melalui sensoris, b) usia setengah tahun sampai kira-kira tiga tahun, anak mulai memiliki kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk mengembangkan bahasanya, c) masa usia 2-4 tahun, gerakan-gerakan otot mulai dapat dikoordinasikan dengan baik, untuk berjalan maupun bergerak yang semi rutin dan yang rutin, berminat pada benda-benda kecil dan mulai menyadari urutan waktu pagi, siang, sore, dan malam, d) rentang usia 3-6 tahun terjadilah kepekaan untuk peneguhan sensoris, semakin memiliki kepekaan indrawi. Khususnya pada usia 4-6 tahun anak memiliki kepekaan menulis dan membaca.
           Pengembangan manusia yang utuh dimulai sejak anak dalam kandungan dan memasuki masa keemasan atau the golden age pada usia 0-6 tahun yang dimulai dengan berfungsinya sel-sel saraf otak anak dan terjadi transformasi yang luar biasa pada fungsi otak dan fisiknya, akan tetapi juga merupakan masa yang sangat kritis dalam tahapan perkembangan kehidupan yang akan menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, masa keemasan ini sangat penting bagi perkembangan intelektual, sosial-emosional, konsep diri, moral, dan nilai-nilai keagamaan bagi anak di masa yang akan datang dengan memperhatikan dan menghargai keragaman pertumbuhan dan perkembangannya. Melihat tantangan di masa depan yang semakin kompleks, penanganan pendidikan anak usia dini harus segera direvitalisasi sesuai dengan prespektif prinsip-prinsip pembelajaran anak usia dini yang senantiasa menstimulasi tumbuh kembangnya melalui bermain.
            Manajemen pendidikan anak usia dini ditangani dengan memperhatikan sepuluh aspek perkembangan anak, yaitu 1) pemeliharaan kesehatan, 2) melatih keterampilan, 3) mengembangkan kemampuan berbicara, 4) mengelola emosi, 5) melatih prilaku sosial, 6) mengajarkan sikap sosial, 7) mengembangkan kreativitas, 8) melatih disiplin, 9) mengembangkan konsep diri, dan 10) melatih anak menyesuaikan diri dengan sekolah dengan memanfaatkan alat permainan edukatif dalam ruangan dan di luar ruangan. Bermain menjadi salah satu hak dasar anak yang harus dipenuhi demi pertumbuhan dan perkembangan. Bermain sekaligus belajar merupakan kebutuhan dasar anak.
           Prinsip-prinsip pendidikan anak usia dini, yaitu berorientasi pada kebutuhan anak, belajar melalui bermain, lingkungan yang kondusif, menggunakan pembelajaran terpadu, mengembangkan berbagai kecakapan hidup, menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar, dan dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang. Prinsip pengelolaan penyelenggaraan anak usia dini harus diperhatikan karena merupakan penentu kualitas pendidikan. Pendidik anak usia dini diupayakan senantiasa memberikan keteladanan, menjadikan tempat bermain sebagai taman ilmu, menyediakan wahana kreativitas, hindari emosi yang negatif, dan rajin berdoa, sehingga prinsip pembelajarannya bermuara pada anak sebagai pembelajar aktif, anak belajar melalui sensori dan panca indra, anak membangun pengetahuan sendiri, anak berpikir melalui benda konkret, dan anak belajar dari lingkungan.
           Pendidikan anak usia dini merupakan suatu periode yang sangat penting dalam membangun sumber daya manusia yang berkarakter. Masa anak usia dini hanya datang sekali serta tidak dapat diulang, sehingga stimulasi pendidikan berbasis permainan yang menyenangkan mutlak diberikan kepada anak. Bagi anak bermain merupakan suatu kegiatan yang serius tetapi mengasikkan baginya. Melalui bermain berbagai kebutuhannya terwujud. Bentuk permainan dipilih sendiri secara bebas dan merupakan alat utama menjelajahi dunianya dengan penuh arti dan makna. Disela-sela anak bermain pendidik memberikan ilmu, keterampilan, wawasan, dan kreativitas. Pendidik berfungsi sebagai pengamat, melakukan elaborasi, sebagai model, melakukan evaluasi, dan melakukan perencanaan.
           Bermain sangat urgen dan serius bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Bermain merupakan kebutuhan mendasar sama halnya dengan kebutuhan makanan bergizi dan kesehatan yang baik bagi tumbuh kembang anak. Bermain adalah kegiatan atas inisiatif anak dan keputusan anak itu sendiri. Bermain harus dilakukan dalam keadaan menyenangkan sehingga semua kegiatan bermain menghasilkan proses belajar anak sesuai dengan kebutuhan psikologisnya. Ki Hajar Dewantara berkeyakinan bahwa suasana pendidikan yang baik, tepat, menyenangkan, dan dalam suasana kekeluargaan dengan prinsip asih, asah, dan asuh sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yang bermuara pada pendidikan yang mencerdaskan pikiran, kepekaan hati nurani, dan peningkatan keterampilan.
           Mengapa anak perlu bermain? Para ahli bersepakat bahwa anak usia dini harus bermain agar dapat mencapai perkembangan yang optimal. Tanpa bermain anak akan bermasalah dikemudian hari. Bermain sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Herber Spencer mengatakan bahwa anak bermain karena mempunyai energi yang berlebih. Energi ini mendorong mereka untuk melakukan aktivitas sehingga terbebas dari perasaan tertekan. Melalui bermain anak dapat mengembangkan rasa harga diri. Bermain merupakan cara dan jalan anak dalam berpikir dan menyelesaikan masalah. Bermain selalu menimbulkan rasa senang anak. Bentuk bermain bisa berupa bermain sosial, bermain seorang diri, bermain paralel, bermain asosiatif, kooperatif, bermain soliter, bermain sebagai penonton, bermain dengan benda, dan bermain sosio-dramatik melalui pendekatan nativis dan kognitif dalam pengelolaan Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan Nonformal.
           Bermain adalah aktivitas yang mengstimulasi kecerdasan melalui penerapan pendekatan Beyond Center and Circle atau sentra dan lingkaran, misalnya sentra bahan alam, main peran, seni, balok, persiapan, dan lain-lain. Bermain sebaiknya memenuhi tiga kebutuhan pokok anak, yaitu main sensori motor atau main fungsional yaitu anak belajar melalui panca inderanya dan melalui hubungan fisik dengan lingkungannya, main peran atau main simbolik. Main peran sangat penting untuk perkembangan kognisi, sosial, dan emosi anak. Main peran merupakan kekuatan yang manjadi dasar perkembangan daya cipta, tahapan ingatan, kerjasama kelompok, penyerapan kosa kata, konsep hubungan kekeluargaan, pengendalian diri, keterampilan pengambilan sudut pandang spasial, afeksi, dan kognisi, main pembangunan ada dua jenis yaitu, main pembangunan bahan sifat cair misalnya menggunakan cat air dengan kuas, krayon, spidol, pensil, pulpen, tanah liat, lumpur, pasir, beras, dan biji-bijian serta main pembangunan sifat terstruktur, yaitu bermain dengan mempergunakan balok unit, balok berongga, balok berwarna, lego, puzzle, dan lain-lain.
           Belajar sambil bermain, belajar melalui bermain, belajar dalam bermain, dan atau belajar seraya bermain merupakan kebutuhan utama bagi anak usia dini yang harus mereka akses. Bermain membantu perkembangan kecerdasan anak. Menurut Mansur permainan dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk, yaitu 1) bersifat eksploratif misalnya menggerak-gerakkan suatu benda, 2) bersifat konstruktif misalnya membangun menara dari balok, dan 3) permainan pura-pura di mana anak mengambil peranan orang lain.
           Multi kecerdasan yang dimiliki anak usia dini dikembangkan secara terpadu melalui bermain dengan memperhatikan kemampuan belajar anak meliputi; kecerdasan linguistik akan berkembang bila dirangsang melalui berbicara, mendengar, berdiskusi, dan bercerita, kecerdasan logika-matematika dapat dirangsang melalui kegiatan menghitung, membedakan bentuk, dan bermain dengan benda-benda yang berbeda, kecerdasan visual-spasial dirangsang melalui bermain balok, bentuk-bentuk geometri, melengkapi puzzle, menggambar, melukis, dan bermain peran, kecerdasan musikal dapat dirangsang melalui irama, nada, birama, berbagai bunyi, dan bertepuk tangan, kecerdasan kinestetik dapat dirangsang melalui gerakan, tarian, olahraga, dan terutama gerakan tubuh, kecerdasan naturalis dapat dirangsang melalui pengamatan lingkungan, bercocok tanam, memelihara binatang termasuk mengamati fenomena alam seperti hujan, angin, pelangi, siang, malam, panas, dingin, bulan, dan matahari, kecerdasan interpersonal dapat dirangsang melalui bermain bersama teman sebaya, bekerja sama, bermain peran, memecahkan masalah, dan menyelesaikan konflik, kecerdasan intrapersonal dapat dirangsang melalui pengembangan konsep diri, harga diri, mengenal diri sendiri, percaya diri, kontrol diri dan disiplin, kecerdasan spiritual dapat dirangsang melalui penanaman nilai-nilai moral dan agama. Pengembangan multi kecerdasan anak sejalan dengan apa yang ditulis oleh Howard Gardner dalam bukunya “Multiple Intellegences” kecerdasan anak meliputi unsur-unsur yang terkait dengan; kecerdasan matematika-logika, bahasa, musikal, visual spasial, kinestetik, inter-personal, intra-personal, dan naturalis
           Tumbuh kembang anak usia dini distimulasi melalui visual, auditorik, verbal, afektif, fisik, dan memberikan latihan bersosialisasi dan berkomunikasi. Bagi orang tua atau pendidik melakukan mediasi, kolaborasi, negosiasi, memberikan instruksi, mengajar, menjelaskan, mendemonstrasikan, dan memfasilitasi anak usia dini melakukan pembelajaran yang menyenangkan dan dalam suasana bermain. Anak bermain dengan usianya sendiri, dengan pikirannya sendiri, dengan perasaannya sendiri, dengan pengertiannya sendiri, dan dengan dunianya sendiri menuju perkembangan jaringan otak melalui aktivitas bermain. Dunia mereka adalah dunia bermain yang penuh spontanitas, menyeluruh, berurutan, dan berdasarkan kematnatannya secara berbeda antara satu anak dengan yang lainnya. Oleh karena itu, penilaian pada pendidikan anak usia dini meliputi beberapa prinsip, diantaranya; holistik, otentik, kontinyu, individual, dan multi sumber.
Menurut UNESCO, ada 4 alasan mengapa Pendidikan Anak Usia Dini penting, yaitu 1) Alasan pendidikan PAUD merupakan pondasi awal untuk meningkatkan kemampuan anak dalam menyelesaikan pendidikan, menurunkan angka mengulang kelas dan angka putus sekolah, 2) Alasan ekonomi: PAUD merupakan investasi yang menguntungkan baik bagi diri pribadi, keluarga, maupun pemerintah, 3) Alasan sosial: PAUD merupakan salah satu upaya untuk menghentikan roda kemiskinan, 4) Alasan hak dan hukum PAUD merupakan hak setiap anak untuk memperoleh pendidikan yang dijamin oleh undang-undang.
           Berdasarkan kajian NEUROLOGI pada saat anak lahir, jumlah sel syaraf yang sudah terbentuk pada janin berimigrasi mencari tempat yang sesuai dengan kode genetiknya. Otak bayi mengandung sekitar 100 milyard neuron yang siap melakukan sambungan antara sel. Tahun pertama, otak bayi berkembang sangat pesat dengan menghasilkan bertriliyun-triliyun sambungan antar neuron yang banyaknya melebihi kebutuhan. Sel-sel syaraf yang telah terkonek antara satu dengan yang lainnya membentuk cabang utama yang dinamakan akson dan cabang yang lebih kecil dendrit. Sel-sel syaraf yang telah terbentuk diperkuat melalui berbagai rangsangan psikososial pada aktivitas bermain anak, karena sambungan yang tidak diperkuat akan mengalami atrofit atau penyusutan dan musnah yang mempengaruhi kecerdasan anak, menuju terwujudnya anak usia dini yang sehat, cerdas, ceria, dan berakhlak mulia.
           Menurut Fasli Jalal bahwa perkembangan otak anak bukan hanya ditentukan oleh pemenuhan kebutuhan gizi makro dan gizi mikro saja, tetapi sangat ditentukan oleh stimulasi psikologi sejak janin dan sampai usia 6 tahun. Periode usia dini harus ditangani secara komprehensif dan integral karena hanya datang sekali seumur hidupnya dan kehadirannya tidak dapat ditunda dan disia-siakan karena akan berakibat fatal pada kesiapan anak memasuki jenjang prasekolah.
           Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kapabilitas kecerdasan perkembangan otak anak pada Usia 0-4 tahun sudah mencapai 50%, usia 8 tahun 80%, dan titik kulminasinya terjadi pada saat berusia 18 tahun 100%. Hal tersebut sejalan dengan pendapat seorang profesor Pendidikan dari Universitas Chicago Benjamin S. Bloom yang menemukan fakta yang cukup mengejutkan, yaitu 50% dari semua potensi hidup manusia terbentuk ketika berada dalam kandungan sampai usia 4 tahun, kemudian 30% potensi berikutnya terbentuk pada usia 4-8 tahun.
           Berdasarkan data pada Dinas Pendidikan Kota Palopo tahun 2010 anak usia 4-6 tahun berjumlah 7.913. Sedangkan jumlah anak yang mengikuti program Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal atau Kelompok Bermain 1.536 peserta didik atau sekitar 40,75% sedangkan TK berjumlah 2.233 peserta didik atau sekitar 59,25%. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa legitimasi dan kredibilitas keberadaan program Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan Nonformal telah diminati dan cenderung eksistensinya sangat dibutuhkan oleh masyarakat, karena nuansa bermain dalam suasana menyenangkan merupakan pendekatan pembelajarannya. Angka Partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini Kota Palopo sekitar 59,57%. 

Diposting Oleh ; Hasruddin, S.Pd

0 komentar:

Posting Komentar

Tentang PTK-PNF

Kotak Pesan

Radio PLS

Bagaiaman menurut anda program yang kami selenggarakan?